Malam berganti malam, seolah tiada hentinya. Tiga tahun sudah. Yah, hari yang menyenangkan, menyedihkan, dan melelahkan seolah selalu mengisi setiap detik dalam hidupku. Serasa kemarin aku menginjakkan kakiku pertama kali di SMPK Maria Fatima. Serasa kemarin kurasakan indahnya, gembiranya, dan lelahnya MOS bersama teman-teman tersayang. Serasa baru kemarin pertama kali kukenal wajah-wajah bijaksana para guru SMPK Maria Fatima.
Kini... sesuatu yang mengerikan menungguku. Ujian Nasional siap menyambutku dengan ketakutan yang mendalam. Sembilan hari lagi. Hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik demi detik siap berlalu dan mengantarku pada hari yang menakutkan itu, hari yang menentukan masa depanku. Malam seolah cepat berlalu dan mengingatkanku bahwa aku tak dapat menghindari soal-soal Ujian mencekam itu.
Segala cara kulakukan dengan sepenuh hatiku. Bimbingan belajar, Try Out, Doa Puasa, maupun Doa Novena sembilan hari kulakukan agar Ujian mencekam itu dapat kulewati dengan baik. Lelah. Payah. Yah, itu yang kurasakan. Seolah tubuhku terhimpit, sesak dan tak dapat bernapas dengan segala upaya itu. Aku seolah tenggelam dan berusaha menyelamatkan diriku dari semuanya itu.
Lututku bertekuk dan mataku menangis dihadapan Tuhan. Air itu jatuh begitu saja tanpa kuperintah. Ku memohon ampunan atas dosa-dosaku pada Tuhan dan memohon pada-Nya untuk memberiku hati yang tenang dan lapang agar diriku tidak lagi dihantui ketakutan akan datangnya Ujian Mencekam itu. "Ya Bapa, Allahku yang penuh kasih, Engkau tahu apa yang menjadi permohonan hati anakMu ini. Aku tahu bahwa aku adalah orang berdosa, tak pantas terus menerus memohon dan meminta kepadaMu. Namun, hanya kepadaMulah aku dapat meminta pertolongan. Hanya Engkau yang sanggup menolong hambaMu ini. Ya Bapa berilah hatiku ketenangan serta sesiapan menghadapi Ujian Nasional yang semakin dekat. Bimbinglah aku menjadi seorang anak yang jujur dalam menghadapi Ujian Nasional serta memperoleh nilai yang baik. Biarkan hati dan pikiranku mengarah kepada jawaban yang benar dan biarkan tanganMu mengarahkan tanganku ke jawaban yang benar pula. Aku yakin dan percaya Engkau sanggup melakukan semuanya itu dan aku juga yakin bahwa Engkau pasti menjawab doa setiap hambaMu yang percaya kepadaMu. Amin." Dan tahukah apa yang hatiku rasakan setelah kuakhiri doa itu?? Hatiku menjadi tenang. Seolah tiada masalah terbeban dalam batinku. Tuhan memang sumber kekuatan dan ketenangan bagi jiwaku. Orang lain tak ada yang sanggup lakukan itu. Hanya Dia yang sanggup. Yah, hanya Dia.
Kini... sesuatu yang mengerikan menungguku. Ujian Nasional siap menyambutku dengan ketakutan yang mendalam. Sembilan hari lagi. Hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik demi detik siap berlalu dan mengantarku pada hari yang menakutkan itu, hari yang menentukan masa depanku. Malam seolah cepat berlalu dan mengingatkanku bahwa aku tak dapat menghindari soal-soal Ujian mencekam itu.
Segala cara kulakukan dengan sepenuh hatiku. Bimbingan belajar, Try Out, Doa Puasa, maupun Doa Novena sembilan hari kulakukan agar Ujian mencekam itu dapat kulewati dengan baik. Lelah. Payah. Yah, itu yang kurasakan. Seolah tubuhku terhimpit, sesak dan tak dapat bernapas dengan segala upaya itu. Aku seolah tenggelam dan berusaha menyelamatkan diriku dari semuanya itu.
Lututku bertekuk dan mataku menangis dihadapan Tuhan. Air itu jatuh begitu saja tanpa kuperintah. Ku memohon ampunan atas dosa-dosaku pada Tuhan dan memohon pada-Nya untuk memberiku hati yang tenang dan lapang agar diriku tidak lagi dihantui ketakutan akan datangnya Ujian Mencekam itu. "Ya Bapa, Allahku yang penuh kasih, Engkau tahu apa yang menjadi permohonan hati anakMu ini. Aku tahu bahwa aku adalah orang berdosa, tak pantas terus menerus memohon dan meminta kepadaMu. Namun, hanya kepadaMulah aku dapat meminta pertolongan. Hanya Engkau yang sanggup menolong hambaMu ini. Ya Bapa berilah hatiku ketenangan serta sesiapan menghadapi Ujian Nasional yang semakin dekat. Bimbinglah aku menjadi seorang anak yang jujur dalam menghadapi Ujian Nasional serta memperoleh nilai yang baik. Biarkan hati dan pikiranku mengarah kepada jawaban yang benar dan biarkan tanganMu mengarahkan tanganku ke jawaban yang benar pula. Aku yakin dan percaya Engkau sanggup melakukan semuanya itu dan aku juga yakin bahwa Engkau pasti menjawab doa setiap hambaMu yang percaya kepadaMu. Amin." Dan tahukah apa yang hatiku rasakan setelah kuakhiri doa itu?? Hatiku menjadi tenang. Seolah tiada masalah terbeban dalam batinku. Tuhan memang sumber kekuatan dan ketenangan bagi jiwaku. Orang lain tak ada yang sanggup lakukan itu. Hanya Dia yang sanggup. Yah, hanya Dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar